Senin, 04 Mei 2009

bibik

Suatu hari sepulang dari sekolah aku terkejut melihat seorang wanita di rumah, sedangkan mamaku sedang pergi. Aku baru teringat mamaku tadi pagi menelepon dari luar kota , bahwa nanti ada pembantu baru untuk rumah kami. Ternyata ini nih, wah boleh juga nih pembokat. Dia memperkenalkan dirinya bernama Bik asih, asal dari Jawa Timur. Kuperhatikan sewaktu dia menyiapkan meja makan. Umurnya kurang lebih 46 tahunan, tubuhnya alamak bahenol banget, semuanya kelihatan kencang, dia memakai rok yang sepertinya pemberian orang, sebab kekecilan sehingga pantatnya yang bahenol menyembul kencang, begitu juga dengan blousenya yang kekecilan sehingga payudaranya yang sangat besar seolah-olah mau meloncat keluar.

Kuperhatikan wajahnya, wah wajah yang penuh nafsu juga nih, bukannya sok tahu wajahnya sih biasa saja, cuma raut wajahnya seperti perek-perek. Sepertinya dia tahu kalau aku sedang memperhatikannya, aku segera masuk ke kamar menukar denaian, kulihat penisku sudah berdiri dengan kencang. Wah minta dilemasin nih.
“den.., makanan sudah saya siapkan di meja”, tiba-tiba dia berbicara dari balik pintu kamar.
Aku mengiyakan. Lalu aku keluar untuk makan siang. Dia berjalan menuju ke belakang, mungkin mau mencuci atau apalah. Setelah makan aku heran kok tidak ada suara apa-apa dari belakang. Aku berjalan ke belakang menuju area service, kudekati kamar mandi pembantu, tidak ada suara, kudekati kamar pembantu, juga dia tidak ada. Mungkin turun kegarasi kali, pikirku. Aku kembali melewati kamar mandinya, sekilas mataku melihat seonggok denaianku di sudut dekat pintu, tapi ada seonggok lagi dekat bak mandi.

Tiba-tiba aku ingat temanku pernah bilang bahwa vagina pembantu baunya nikmat, soalnya jarang kemasukan penis, waktu itu aku cuma tertawa, temanku bilang menyetubuhi pembantu lebih nikmat, soalnya vaginanya bisa dijilat-jilat tanpa takut kena penyakit. Aku jadi curious juga nih, aku berjalan masuk mendekati denaian yang teronggok dekat bak, lalu kuambil BH-nya, kecil banget nih BH, pantas saja payudara sepertinya mau loncat, tercium bau khas pembantu, terangsang juga aku, kucium BH-nya, memang nikmat juga baunya. Lalu kuraih CD-nya, tercium bau vagina dan bau pesing, ada noda-noda di bagian tutup vaginanya, kuperhatikan ternyata lendir yang agak encer, kucium celana itu, baunya memang lain, lebih nikmat. Sialan juga temanku itu, ternyata dia benar!, penisku sudah kencang sekali.

“Mau diapain celana dalam saya den?”, Rasanya seperti tersambar geledek. Tiba-tiba Bik asih sudah di belakangku sambil memandang tanganku yang menggenggam CD-nya. Aku benar-benar mati kutu.
“Bik asih akan lapor pada Ibu apa yang den adi lakukan di sini”, Mati gua

“Jangan dong bik.., Saya akan keluar sekarang juga, anggap saja tidak ada apa-apa yang terjadi di sini”, Aku melangkah ke pintu, tapi Bik asih tidak beranjak, tangannya menghalangiku. Dia memandangku.
“Tidak begitu gampang, Den. Kalau tidak mau Bik asih laporin, berarti den adi harus Bik asih hukum”, Wah.., ngelunjak nih pembantu. Tapi kalau dilaporin mati beneran deh.., malunya itu.
“Apa hukumannya? Gaji kamu minta dinaikkan?”, Aku bertanya. Bik asih menggeleng.
“Turuti semua perintah Bik asih, itu hukumannya” Dia berkata tegas. Aku melongo, tapi akhirnya aku mengangguk juga. Kalau tidak begitu nggak beres-beres urusan ini.
“Den adi harus buka semua baju Den adi, Bik asih mau lihat berapa besar sih penis Den adi, sesuai dengan keberanian Den adi atau tidak”, Perintahnya.
Itu sih encer, segera kulepaskan denaianku sampai telanjang bulat, penisku memang tidak besar sekali, tapi sudah tegang sekali. Bik asih menjilat bibir atasnya sambil memandang penisku.

“Sekarang ambil celana dalam Bik asih, terus jilatin lendir yang ada di sana sampai bersih, harus diisap-isap ya”, Katanya, aku terdiam, pelan-pelan kuambil CD-nya.
“Cepat! Bik asih mau lihat hasil jilatan Den adi”, tiba-tiba tangannya mencengkaram penisku dan meremas serta menekuknya, Aduh, sakit juga rasanya. Cepat-cepat kujilat cairan yang menempel di CD-nya dan kuhisap semua lendirnya. Bik asih terus mengocok penisku dengan kasar. Lalu dia melepaskan blouse serta roknya, sehingga terlihat dia cuma memakai CD yang berwarna putih dan BH warna hitam. Tubuhnya betul-betul aduhai, serba kencang dan harum. Kulihat ketiaknya penuh dengan bulu yang lebat. Aku menelan ludah. Kulihat dia mengangkat kedua tangannya ke atas, aku meremas-remas buah dadanya, kucoba untuk melepaskan BH-nya, tapi dia melarang, belum waktunya, katanya.
Sialan, tangannya terus mengocok penisku, aku tak mau kalah, kuremas payudaranya yang besar itu dengan sekuat tenaga, dia berkelojotan sambil merintih dan mendesis, wah pemain kasar rupanya.

Tiba-tiba tangannya menjambak rambutku lalu menarik kepalaku menuju ketiaknya.
“Jilat yang bersih”, desisnya. Ketiaknya berbau khas, wah segera saja kujilat dan kucium-cium kedua ketiaknya, Bik asih terus merintih, lalu satu tangannya di masukkan ke dalam celana dalamnya, aku tak tahu apa yang dia mau. Lalu dikeluarkan lagi, kulihat jari telunjuk dan jari tengahnya penuh dengan lendir, lalu di masukan tangannya ke dalam mulutku, segera kujilat habis lendir yang baunya nikmat itu.

Sekarang wajahku ditarik menuju buah dadanya, wah mukaku seperti hilang di sana . Hangat dan berbau nikmat.
“Buka BH Bik asih denai mulut, tidak boleh denai tangan”, desisnya, aku jadi curiga nih pembokat kebanyakan nonton BF atau bekas perek? Setelah BH-nya lepas, tampak payudara yang betul-betul besar tapi kencang sekali, mungkin karena sebagai pembantu waktu ngepel atau nyuci otomatis otot-otot dadanya terlatih dengan baik. Putingnya besar juga, berwarna merah tua. Kujilat-jilat puting itu, kuhisap-hisap sambil meremas kencang, Bik asih merintih tidak karuan sambil menjambak rambutku, sebentar-sebentar tangannya yang penuh lendir di masukan lagi ke mulutku. Lalu kulihat dia memasukan lagi tangannya ke dalam CD-nya, lalu di masukkan tangan yang penuh lendir itu ke dalam mulutnya sambil menarik wajahku, lalu kami bersama-sama menikmati lendir itu. Aku mencoba memasukkan tanganku ke dalam CD-nya tapi selalu ditepis, sambil berkata belum waktunya.

Sekarang kepalaku ditarik menuju vaginanya, otomatis aku jadi berjongkok sementara dia berdiri. Bik asih menaikkan sebelah kakinya ke atas bak, lalu mulai menggosok-gosokkan vaginanya yang masih ditutupi CD itu ke wajahku sambil mengerang-erang.
“Hisap vagina Bik asih, buka celana Bik asih dengan mulut, Den”, kuturuti apa yang dimintanya.
Setelah celana dalamnya bersih kujilat, lalu kutarik dengan gigiku sampai ketelden adi kakinya. Tiba-tiba dia memasukkan jempol kakinya ke dalam mulutku dan menyuruhku mengemutnya. Kuturuti lagi, soalnya nafsuku juga sedang memuncak hebat dengan cara-cara yang baru seperti ini. Aku kembali naik menuju vaginanya, dia menyurukkan kepalaku di sela-sela pahanya dan menjepitnya di sana . Tercium bau vagina yang nikmat sekali, ini dia yang diceritakan oleh temanku itu. Memang baunya eksotis sekali.
“Jilat dan hisap sampai bersih semua lendir Bik asih, Den”, kumasukkan lidahku sedalam mungkin ke lubang vaginanya, dia menjerit-jerit sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya, sebentar kemudian tubuhnya berkelojotan sambil menjerit keras, kurasakan cairan hangat mengalir masuk ke dalam mulutku, rasanya asin dan baunya dashyat. Kusedot habis semuanya sementara Bik asih menggosokkan clitorisnya ke hidungku dan tak lama kemudian hidungku digosokin, aku diam saja sementara dia mengerang-erang, dan entah berapa kali dia mencapai klimaks.

“Den adi tiduran di lantai”, Bik asih kembali menunjukkan kekuasaannya. Aku telentang di lantai, lalu Bik asih jongkok tepat di atas wajahku, wajahnya menghadap ke depan. Vaginanya tepat di atas hidungku, lalu kembali dia memasukkan lubang vaginanya yang sudah merah itu ke dalam hidungku yang penuh lendirnya.
“Jilat lubang pantat bibik, Den” Kulihat dia mengeden, dan lubang pantatnya terbuka sedikit, segera kujilat-jilat lubang pantat yang berwarna merah tua itu. Tubuhnya bergetar sambil memperhatikan apa yang sedang dilakukan di atas wajahku. Tak lama kemudian dari lubang vaginanya mengalir lagi cairan kenikmatan diiringi erangannya. Sekarang dia berputar sehingga lubang pantatnya persis di hidungku sementara vaginanya tenggelam dalam mulutku, kubuat dia menjerit untuk kesekian kalinya.

Tiba-tiba Bik asih terdiam, tubuhnya tegang, lalu kurasakan cairan panas menyembur ke wajah dan mulutku, ternyata air pipis. Bik asih pipis di mulutku! Sialan.
“Minum pipis Bik asih”, Kujilat-jilat air kencingnya yang asin. Sementara mulutnya mengemut penisku dengan ganas sekali. Aku tak dapat bertahan lama, waktu mau keluar Bik asih menyuruhku duduk di atas wajahnya. Kusetubuhi mulutnya, sebentar-sebentar lepas sehingga hidungnya yang jadi sasaran, Wajahnya sudah penuh dengan lendirku. Tiba-tiba aku mengerang keras, penisku menyembur-nyembur dashyat di dalam mulutnya. Dengan lahap dan ganas perempuan itu menelan air maniku yang banyak sekali, sebagian mengalir keluar ke hidungnya. Lalu aku menjilat-jilat lubang pantatnya, nafsuku segera bangkit, kutempelkan lubang pantatnya dihidungku lalu kugosok-gosokkan disana, sementara penisku dikocok-kocok terus supaya tegang. Aku meneruskan tugasku di lubang vagina dan pantatnya.
“Bik asih mau pipisin Den adi lagi”, Kulihat Bik asih melepaskan jilatan di lubang penisku dan menyuruhku jiltin vaginanya. Ketika air kencingnya mau keluar, Bik asih segera menempelkan vaginanya ke dalam mulutku, lalu menyemburlah air kencingnya yang panas di dalam mulutku, aku terbatuk-batuk tapi terus meminum air kencingnya dengan lahap, seluruh wajahku sudah basah oleh air kencingnya. Kumasukkan jari tengahku ke dalam lubang pantatnya. Dia merintih-rintih, tak lama kemudian penisku mulai tegang akibat hisapan Bik asih.

Dia menjilat-jilat sisa air maniku. Lalu dia menuntun penisku menuju lubang vaginanya. Segera kutusuk dengan kasar lubang sempit itu. Dia menjerit kenikmatan waktu penisku masuk ke dalam semua. Lalu mulailah genjotan demi genjotan. Kulihat lubang vaginanya sudah basah dan berbusa karena lendirku dan lendirnya. Kadang-kadang dia menyuruhku mencabut lalu dijilatinya lendir di penisku sampai bersih, baru kutusuk lagi.

Sementara mulutku menghisap puting susunya, kadang-kadang kujilat ketiaknya yang berbulu lebat. Setiap kali mau keluar dia menyuruhku memasukkan lidahku menggantikan penisku di dalam vaginanya.
“Den adi kok nggak keluar-keluar lagi sih?, Masukin aja ke lubang pantat Bik asih Den, di situ lebih sempit” tapi jilatin dulu lubang pantat bibik, segera dia duduk di atas wajahku dan menempelkan anusnya ke mulutku, ”jilat den, teruuus, hisap anusku den….”. ku hisap-hisap anusnya yang berbau khas. “ masukin lidahnya den “ kumasukkan lidahku ke dalam lubang pantatnya, dia genjot lidahku dengan kasar di anusnya. Kembali ku hisap lubang itu. Ku pegang penisku, Kucoba memasukkan ke lubang pantatnya, sempit banget, tapi akhirnya masuk juga, diiringi teriakan Bik asih yang kesakitan, tangannya menggaruk-garuk punggungku, tapi sebentar kemudian rintihan mulai keluar dari mulutnya. Setelah kugenjot beberapa kali, kurasakan penisku mau menyembur lagi, Bik asih cepat menyuruhku memasukkan ke dalam mulutnya, lalu kusetubuhi lagi mulutnya, sambil kujilati lubang pantatnya yang sudah melebar. Dan ada sedikit cairan agak coklat, dan kuhisap, rasanya agak pahit tapi nikmat.

“Bik, aku udah mau keluar nih” Aku mendesis. Bik asih segera berbalik sehingga aku di bawah. Lubang pantatnya masuk ke dalam hidungku, sementara lidahku menjalar ke dalam vaginanya. Dan kami sama-sama menjerit keras, waktu aku menyemburkan air maniku, sedangkan Bik asih mengeluarkan cairan hangat lagi.
Kubersihkan lubang vagina dan pantatnya, dan kuhisap lubang pantatnya lalu kami mandi bersama. Betul-betul pengalaman yang dashyat untukku. Sejak itu aku sering bersetubuh dengannya


anakku sayang

Anakku sayang

Filed under: Incest

Aku adalah Marlina, 47 tahun, adalah seorang ibu rumah tangga dengan 5 orang anak. Penampilanku sangat menarik. Sebagai wanita yang tinggal di kota besar, Bandung , cara berpakaianku selalu sexy. Tidak sexy murahan tapi berkelas dan menarik. Dengan tubuh tinggi semampai, dada 36B, dan kulit yang putih, walau sudah menikah dan puku anak yang sudah cukup dewasa, tapi masih bakuk lelaki yang selalu menggodaku.

Anakku yang paling besar, Adi, 15 tahun, seorang anak yang yang baik dan penurut pada orang tuanya. Anak kedua, Yenny, 10 tahun, seorang anak yang sudah mulai beranjak remaja. Sedangkan suamiku, Herman(49), adalah seorang suami yang cukup baik dan perhatian pada keluarga. Bekerja sebagai seorang PNS di suatu instansi pemerintah.

Kehidupan sexualku sebetulnya tidak ada masalah sama sekali dengan suamiku. Walau banyak lelaki yang menggoda, tak sedikitpun ada niat dia untuk mengkhianati Herman.

Tapi ada sesuatu yang berubah dalam diriku ketika suatu hari dia secara tidak sengaja melihat anak lelakiku, Adi, sedang berpakaian setelah mandi. Dari balik pintu yang tidak tertutup rapat, aku dengan jelas melihat Adi telanjang. Matanya tertuju pada kontol Adi yang dihiasi dengan bulu-bulu yang tidak terlalu lebat.

Sejak saat itu pikiranku selalu teringat pada tubuh telanjang anak lelakiku itu. Bahkan seringkali aku memperhatikan Adi bila sedang makan, sedang duduk, atau sedang apapun bila ada kesempatan.

“ Ada apa si Mam, kok liatin Adi terus?” tanya Adi ketika aku memperhatikannya di ruang tamu.

“Tidak ada apa-apa, di.. Hanya saja Mama jadi senang karena melihat kamu makin besar dan dewasa,” ujarku sambil tersenyum.

“Kamu sudah punya pacar, di?” tanyaku .

“Pacar resmi sih belum ada, tapi kalau sekedar teman jalan sih ada beberapa. Memangnya kenapa, Mam?”

“Ah, tidak. Mama hanya pengen tahu saja,”.

“Kamu pernah kissing?” tanya Marlina.

“Ah, Mama.. Pertanyaanya bikin malu Adi ah…” ujar Adi sambil tersenyum.

“Yee.. Tidak apa-apa kok, di.. Jujur saja pada Mama. Mama juga pernah muda kok. Mama mengerti akan maunya anak muda kok…” “Ya, Adi pernah ciuman dengan mereka,” ujar adi.

“ML?” tanya Marlina lagi.

“ML apa sih artinya, Mam?”

“Making LOve.. Bersetubuh…” ujarku sambil mempraktekkan ibu jariku diselipkan diantara telunjuk dan jari tengah.

“Wah kalau itu Adi belum pernah, Mam.. Tidak berani. Takut hamil…” ujar Adi. aku tersenyum mendengarku.

“Kenapa Mama tersenyum?” tanya Adi.

“Karena kamu masih sangat polos, sayang…” kata ku sambil mencubit pipi Adi, lalu bangkit untuk menyiapkan segala sesuatuku karena Herman akan segera pulang.

Malam harinya, aku, Adi, dan Yenny asyik menonton TV, sedangkan Herman sedang mengerjakan sesuatu di meja kerjaku.

“Ciuman rasaku gimana sih?” tanya Yenny ketika menyaksikan adegan ciuman di televisi.

“Ah, kamu.. Masih kecil! Tidak perlu tahu,” ujar Adi sambil mengucek-ngucek rambut Yenny.

“Tidak boleh begitu, Jim.. Adikmu harus tahu tentang apapun yang dia tidak mengerti. Biar tidak salah langkah nantiku…” ujarku sambil menatap Adi.

“Begini, Yen…” ujarku

“Ciuman itu tidak ada rasa apa-apa.. Tidak manis, pahit atau asin. Hanya saja, kalau kamu sudah besar nanti dan sudah merasakannya, yang terasa hanya perasaan nyaman dan makin sayang kepada pacar atau suami kamu…” ujarku lagi.

“Ah, nggak ngerti…” ujar yenny.

“Mendingan Yenny tidur saja, ah.. Sudah ngantuk…” ujar Yenny.

“Ya sudah, tidurlah sayang,” ujarku. Yenny kemudian bangkit dan segera menuju kamar tidurku.

Ketika menyaksikan adegan ranjang di televisi, aki bertanya kepada Adi, “Apakah kamu sudah itu dengan pacarmu?”.

“Adi belum punya pacar, Mam.. Mereka hanya sekedar teman saja,” jawab Adi.

“Tapi kok kamu bisa ciuman dengan mereka?” Tanyaku lagi sambil tersenyum.

“Ya namanya juga saling suka…” jawab Adi sambil tersenyum juga.

“Sudah sejauh mana kamu melakukan sesuatu dengan mereka?”

“Tidak apa-apa kok, Jim.. Bicara terbuka saja dengan Mama,” ujarku lagi. Adi menatap mata ibunya sambil tersenyum.

“Ya begitulah…” kata Adi.

“Ya begitulah apa?” tanya Marlina lagi.

“Ya begiutlah.. Ciuman, saling pegang, saling raba…” ujar Adi malu malu. Marlina tersenyum.

“Hanya itu?” tanya Marlina lagi.

Adi melirik ke arah ayahnya yang sedang sibuk mengerjakan sesuatu di meja kerjanya.

“Mama jangan bilang ke Papa ya?” ujar Adi.

aku tersenyum sambil mengangguk. Adi lalu beringsut mendekatiku “Adi pernah oral dengan beberapa teman wanita…” ujarku sambil berbisik.

Marlina tersenyum sambil mencubit pipi Adi.

“Nakal juga ya kamu!” ujarku sambil tersenyum.

“Rasanya bagaimana?” tanyaku sambil berbisik.

“Sangat enak, Mam…” ujar Adi.

“Tapi Adi dengar, katanya kalau punya Adi dimasukkan ke punya wanita rasaku lebih enak.. Benar tidak, Mam?” tanya Adi.

aku kembali tersenyum tapi tidak menjawab..

“Kamu mau tahu rasanya, di?” tanya Marlina sambil tetap tersenyum. Adi mengangguk.

“Sini ikut Mama…” ajakku sambil bangkit lalu pergi ke ruang belakang. Adi mengikuti dari belakang.

Sesampai di ruang belakang, aku menarik tangan Adi agar mendekat.

“ Ada apa sih, Mam?” tanya Adi.

“Karena kamu sudah dewasa, Mama anggap kamu sudah seharusku tahu tentang hal tersebut,” ujarku dengan nafas agak memburu menahan gejolak yang selama ini terpendam terhadap anakku tersebut.

“Ciumlah Mama sayang…” kata ku sambil mengecup bibir Adi.

Adi diam karena tidak tahu harus berbuat apa. Aku terus melumat bibir adi itu sambil tanggannya masuk ke dalam celana Hawaii Adi. Lalu dengan lembut diremas dan dikocokku kontol anakku. Karena tidak tahan merasakan rasa enak, Adi dengan segera membalas ciumanku dengan hangat.

Sambil terus mengocok dan meremas kontol Adi, aku berkata, “Kamu ingin merasakan rasaku bersetubuh kan , sayang?”.

“Iya, Mam…” ujar Adi dengan nafas memburu.

“Mama juga sama, di.. Mama ingin merasakan hal itu dengan kamu,” ujarku.

“Kapan, Ma?” tanya Adi sambil menggerakkan pinggulny maju mundur karena enak dikocok kontolnya oleku.

“Jangan sekarang ya, sayang…” ujarku sambil melepaskan genggaman tanganku pada kontol Adi.

“Yang penting kamu harus tahu bahwa Mama sangat sayang kamu…” kataku sambil mengecup bibir Adi.

“Adi juga sangat sayang Mama,” ujar Adi.

“Sekarang Mama harus tidur karena sudah malam. Nanti Papamu curiga…” ujarku sambil meninggalkan Adi.

Adi menarik nafas panjang menahan suatu rasa yang tak bisa diucapkan.. Tak lama Adi masuk ke kamar mandi.. Onani. Besok paginya, Herman sudah siap-siap pergi kerja sekalian mengantar Yenni ke sekolah karena masuk pagi. Sementara Adi masuk sekolah siang. Dia masih tidur di kamarku.

Setelah Herman dan Yenni pergi, dengan segera aku mengetuk dan masuk ke kamar Adi. Adi masih tidur dengan hanya memakai celana Hawaii saja. Aku tersenyum sambil duduk di sisi ranjang anakku tersebut. Tanganku mengusap dada Adi. Adi terbangun karena merasakan ada sesuatu yang membuat darahnya berdesir nikmat. Ketika matanya dibuka, terlihat mamanya sedang menatap diriku sambil tersenyum.

“Bangun dong, sayang.. Sudah siang,” ujarku sambil tanganku berpindah masuk ke dalam celana Hawaii Adi.

kuusap, kubelai, kuremas, lalu kukocok kontol Adi sampai tegang dan tegak. Adi terus menatap mata ku sambil merasakan rasa nikmat pada kontolnya.

“Mau sekarang?” tanya ku sambil tetap tersenyum.

“Saya mau kencing dulu, Mam…” kata Adi sambil bangkit lalu bergegas ke kamar mandi. Setelah selesai, segera dia kembali ke kamarku.

“Lama amat sih?” tanya ku.

“Adi kan sikat gigi dulu, Mam…” ujar Adi sambil duduk di pinggir ranjang berdampingan dengan ku

“Kenapa Mama mau melakukan ini dengan Adi?” tanya Adi. aku tersenyum sambil mencium pipi anakku itu.

“Karena Mama sangat sayang kamu. Juga Mama ingin mendapat kebahagiaan dari orang yang paling Mama sayangi.. Kamu,” ujarku sambil kemudian melumat bibir Adi.

Adi membalasku dengan hangat pula. Kemudian aku bangkit lalu melepas semua pakaian yang menempel di tubuhku. Adi terus menatap tubuh ibunya dengan kagum dan nafsu.

“Buka celana kamu dong, sayang,” ujarku.

“Iya, Mam…” ujar Adi sambil bangkit lalu melepas celana Hawaiinya.

“Sini, di…” ujarku sambil berjongkok.

Tak lama mulut ku sudah mengulum kontol Adi. Jilatan dan hisapanku membuat Adi bergetar tubuhnya menahan nikmat yang amat sangat.

“Mmhh.. Enakk, Mamm…” desah Adi sambil agak menggerakkan pinggulnya maju mundur.

Marlina melepas kulumannya, sambil tersenyum menatap wajah Adi yang tengadah merasakan nikmat, tanganku terus mengocok kontol Adi.

“Gantian, di…” ujarku.

“Iya, Mam…” ujar Adi.

aku lalu naik ke ranjang anakku. Lalu segera dibukanya pahaku lebar-lebar.. Adi langsung mendekatkan wajahku ke memek ku. Lalu segera dijilati nya seluruh permukaan memek ku. aku terpejam menahan nikmat. Apalagi ketika jilatan lidah Adi bermain di kelentitku.. Mata ku terpejam, tubuhku bergetar sambil menggoyangkan pinggulku.

“Ohh.. Enakk.. Teruss, diii…” desah ku

Setelah sekian menit dijilati nya memekku, tiba-tiba tubuhku bergetar makin keras, ku tekan kepala Adi ke memekku, lalu segera ku jepit dengan paha ku.. Tak lama…

“Ohh.. Mhh.. Ohh…” desah ku panjang. aku orgasme.

“Ohh, enak sekali sayang.. Naik sini!” ujarku.

Adi naik ke tubuh ku. Dengan segera aku melumat bibir Adi walau masih belepotan dengan cairan dari memek ku sendiri. Jilat anus mama saying, Jilat lubang pantat mama, di” aku mengeden, dan lubang pantatku terbuka sedikit, segera dijilat-jilat nya lubang pantat ku yang berwarna merah tua itu. Tubuh ku bergetar sambil memperhatikan apa yang sedang dilakukan di atas wajah nya. Tak lama kemudian dari lubang vagina ku mengalir lagi cairan kenikmatan diiringi erangan ku. Sekarang dia berputar sehingga lubang pantat ku persis di hidung nya sementara vagina ku tenggelam dalam mulut nya, dibuatnya aku menjerit untuk kesekian kalinya.

Tiba-tiba aku terdiam, tubuh ku tegang, lalu kurasakan cairan panas menyembur dari memekku ke wajah dan mulut nya, aku pipis. aku pipis di mulut nya!
“Minum pipis mama sayang”, dijilat-jilat nya air kencing ku yang asin.

“Masukkin sayang…” bisik ku sambil menggenggam kontol Adi dan diarahkan ke memekku.

Setelah itu, Adi langsung memompa kontol nya di memek ku. Mata Adi terpejam sambil terus mengeluarmasukkan kontol nya.

“Bagaimana rasaku, di?” tanya ku sambil menggoyangkan pinggulku mengimbangi gerakan Adi.

“Nikmat sekali, Mam…” ujar Adi.

aku tersenyum sambil terus menatap mata anakku. Tak lama, tiba-tiba tubuh Adi mengejang, gerakanku makin cepat..

“Adi mau keluar, Mam,” bisik Adi.

“Mmhh.. Keluarkan sayang, puaskan dirimu…” bisik ku sambil memegang pantat Adi lalu menekankan ke memekku keras-keras.

Tak lama.. Crott! Crott! Crott! Air mani Adi muncrat banyak di dalam memek ku. Adi mendesakkan kontol nya dalam-dalam ke memek ku

“Bagaimana rasa nya sayang?” tanya ku “Sangat nikmat, Mam.. Lebih nikmat daripada oral…” ujar Adi sambil mengecup bibir ku.

“Adi sangat sayang Mama,” ujar Adi.

“Mama juga sangat sayang kamu,” ujarku.

Lalu mereka berpelukan telanjang.