Senin, 04 Mei 2009

anakku sayang

Anakku sayang

Filed under: Incest

Aku adalah Marlina, 47 tahun, adalah seorang ibu rumah tangga dengan 5 orang anak. Penampilanku sangat menarik. Sebagai wanita yang tinggal di kota besar, Bandung , cara berpakaianku selalu sexy. Tidak sexy murahan tapi berkelas dan menarik. Dengan tubuh tinggi semampai, dada 36B, dan kulit yang putih, walau sudah menikah dan puku anak yang sudah cukup dewasa, tapi masih bakuk lelaki yang selalu menggodaku.

Anakku yang paling besar, Adi, 15 tahun, seorang anak yang yang baik dan penurut pada orang tuanya. Anak kedua, Yenny, 10 tahun, seorang anak yang sudah mulai beranjak remaja. Sedangkan suamiku, Herman(49), adalah seorang suami yang cukup baik dan perhatian pada keluarga. Bekerja sebagai seorang PNS di suatu instansi pemerintah.

Kehidupan sexualku sebetulnya tidak ada masalah sama sekali dengan suamiku. Walau banyak lelaki yang menggoda, tak sedikitpun ada niat dia untuk mengkhianati Herman.

Tapi ada sesuatu yang berubah dalam diriku ketika suatu hari dia secara tidak sengaja melihat anak lelakiku, Adi, sedang berpakaian setelah mandi. Dari balik pintu yang tidak tertutup rapat, aku dengan jelas melihat Adi telanjang. Matanya tertuju pada kontol Adi yang dihiasi dengan bulu-bulu yang tidak terlalu lebat.

Sejak saat itu pikiranku selalu teringat pada tubuh telanjang anak lelakiku itu. Bahkan seringkali aku memperhatikan Adi bila sedang makan, sedang duduk, atau sedang apapun bila ada kesempatan.

“ Ada apa si Mam, kok liatin Adi terus?” tanya Adi ketika aku memperhatikannya di ruang tamu.

“Tidak ada apa-apa, di.. Hanya saja Mama jadi senang karena melihat kamu makin besar dan dewasa,” ujarku sambil tersenyum.

“Kamu sudah punya pacar, di?” tanyaku .

“Pacar resmi sih belum ada, tapi kalau sekedar teman jalan sih ada beberapa. Memangnya kenapa, Mam?”

“Ah, tidak. Mama hanya pengen tahu saja,”.

“Kamu pernah kissing?” tanya Marlina.

“Ah, Mama.. Pertanyaanya bikin malu Adi ah…” ujar Adi sambil tersenyum.

“Yee.. Tidak apa-apa kok, di.. Jujur saja pada Mama. Mama juga pernah muda kok. Mama mengerti akan maunya anak muda kok…” “Ya, Adi pernah ciuman dengan mereka,” ujar adi.

“ML?” tanya Marlina lagi.

“ML apa sih artinya, Mam?”

“Making LOve.. Bersetubuh…” ujarku sambil mempraktekkan ibu jariku diselipkan diantara telunjuk dan jari tengah.

“Wah kalau itu Adi belum pernah, Mam.. Tidak berani. Takut hamil…” ujar Adi. aku tersenyum mendengarku.

“Kenapa Mama tersenyum?” tanya Adi.

“Karena kamu masih sangat polos, sayang…” kata ku sambil mencubit pipi Adi, lalu bangkit untuk menyiapkan segala sesuatuku karena Herman akan segera pulang.

Malam harinya, aku, Adi, dan Yenny asyik menonton TV, sedangkan Herman sedang mengerjakan sesuatu di meja kerjaku.

“Ciuman rasaku gimana sih?” tanya Yenny ketika menyaksikan adegan ciuman di televisi.

“Ah, kamu.. Masih kecil! Tidak perlu tahu,” ujar Adi sambil mengucek-ngucek rambut Yenny.

“Tidak boleh begitu, Jim.. Adikmu harus tahu tentang apapun yang dia tidak mengerti. Biar tidak salah langkah nantiku…” ujarku sambil menatap Adi.

“Begini, Yen…” ujarku

“Ciuman itu tidak ada rasa apa-apa.. Tidak manis, pahit atau asin. Hanya saja, kalau kamu sudah besar nanti dan sudah merasakannya, yang terasa hanya perasaan nyaman dan makin sayang kepada pacar atau suami kamu…” ujarku lagi.

“Ah, nggak ngerti…” ujar yenny.

“Mendingan Yenny tidur saja, ah.. Sudah ngantuk…” ujar Yenny.

“Ya sudah, tidurlah sayang,” ujarku. Yenny kemudian bangkit dan segera menuju kamar tidurku.

Ketika menyaksikan adegan ranjang di televisi, aki bertanya kepada Adi, “Apakah kamu sudah itu dengan pacarmu?”.

“Adi belum punya pacar, Mam.. Mereka hanya sekedar teman saja,” jawab Adi.

“Tapi kok kamu bisa ciuman dengan mereka?” Tanyaku lagi sambil tersenyum.

“Ya namanya juga saling suka…” jawab Adi sambil tersenyum juga.

“Sudah sejauh mana kamu melakukan sesuatu dengan mereka?”

“Tidak apa-apa kok, Jim.. Bicara terbuka saja dengan Mama,” ujarku lagi. Adi menatap mata ibunya sambil tersenyum.

“Ya begitulah…” kata Adi.

“Ya begitulah apa?” tanya Marlina lagi.

“Ya begiutlah.. Ciuman, saling pegang, saling raba…” ujar Adi malu malu. Marlina tersenyum.

“Hanya itu?” tanya Marlina lagi.

Adi melirik ke arah ayahnya yang sedang sibuk mengerjakan sesuatu di meja kerjanya.

“Mama jangan bilang ke Papa ya?” ujar Adi.

aku tersenyum sambil mengangguk. Adi lalu beringsut mendekatiku “Adi pernah oral dengan beberapa teman wanita…” ujarku sambil berbisik.

Marlina tersenyum sambil mencubit pipi Adi.

“Nakal juga ya kamu!” ujarku sambil tersenyum.

“Rasanya bagaimana?” tanyaku sambil berbisik.

“Sangat enak, Mam…” ujar Adi.

“Tapi Adi dengar, katanya kalau punya Adi dimasukkan ke punya wanita rasaku lebih enak.. Benar tidak, Mam?” tanya Adi.

aku kembali tersenyum tapi tidak menjawab..

“Kamu mau tahu rasanya, di?” tanya Marlina sambil tetap tersenyum. Adi mengangguk.

“Sini ikut Mama…” ajakku sambil bangkit lalu pergi ke ruang belakang. Adi mengikuti dari belakang.

Sesampai di ruang belakang, aku menarik tangan Adi agar mendekat.

“ Ada apa sih, Mam?” tanya Adi.

“Karena kamu sudah dewasa, Mama anggap kamu sudah seharusku tahu tentang hal tersebut,” ujarku dengan nafas agak memburu menahan gejolak yang selama ini terpendam terhadap anakku tersebut.

“Ciumlah Mama sayang…” kata ku sambil mengecup bibir Adi.

Adi diam karena tidak tahu harus berbuat apa. Aku terus melumat bibir adi itu sambil tanggannya masuk ke dalam celana Hawaii Adi. Lalu dengan lembut diremas dan dikocokku kontol anakku. Karena tidak tahan merasakan rasa enak, Adi dengan segera membalas ciumanku dengan hangat.

Sambil terus mengocok dan meremas kontol Adi, aku berkata, “Kamu ingin merasakan rasaku bersetubuh kan , sayang?”.

“Iya, Mam…” ujar Adi dengan nafas memburu.

“Mama juga sama, di.. Mama ingin merasakan hal itu dengan kamu,” ujarku.

“Kapan, Ma?” tanya Adi sambil menggerakkan pinggulny maju mundur karena enak dikocok kontolnya oleku.

“Jangan sekarang ya, sayang…” ujarku sambil melepaskan genggaman tanganku pada kontol Adi.

“Yang penting kamu harus tahu bahwa Mama sangat sayang kamu…” kataku sambil mengecup bibir Adi.

“Adi juga sangat sayang Mama,” ujar Adi.

“Sekarang Mama harus tidur karena sudah malam. Nanti Papamu curiga…” ujarku sambil meninggalkan Adi.

Adi menarik nafas panjang menahan suatu rasa yang tak bisa diucapkan.. Tak lama Adi masuk ke kamar mandi.. Onani. Besok paginya, Herman sudah siap-siap pergi kerja sekalian mengantar Yenni ke sekolah karena masuk pagi. Sementara Adi masuk sekolah siang. Dia masih tidur di kamarku.

Setelah Herman dan Yenni pergi, dengan segera aku mengetuk dan masuk ke kamar Adi. Adi masih tidur dengan hanya memakai celana Hawaii saja. Aku tersenyum sambil duduk di sisi ranjang anakku tersebut. Tanganku mengusap dada Adi. Adi terbangun karena merasakan ada sesuatu yang membuat darahnya berdesir nikmat. Ketika matanya dibuka, terlihat mamanya sedang menatap diriku sambil tersenyum.

“Bangun dong, sayang.. Sudah siang,” ujarku sambil tanganku berpindah masuk ke dalam celana Hawaii Adi.

kuusap, kubelai, kuremas, lalu kukocok kontol Adi sampai tegang dan tegak. Adi terus menatap mata ku sambil merasakan rasa nikmat pada kontolnya.

“Mau sekarang?” tanya ku sambil tetap tersenyum.

“Saya mau kencing dulu, Mam…” kata Adi sambil bangkit lalu bergegas ke kamar mandi. Setelah selesai, segera dia kembali ke kamarku.

“Lama amat sih?” tanya ku.

“Adi kan sikat gigi dulu, Mam…” ujar Adi sambil duduk di pinggir ranjang berdampingan dengan ku

“Kenapa Mama mau melakukan ini dengan Adi?” tanya Adi. aku tersenyum sambil mencium pipi anakku itu.

“Karena Mama sangat sayang kamu. Juga Mama ingin mendapat kebahagiaan dari orang yang paling Mama sayangi.. Kamu,” ujarku sambil kemudian melumat bibir Adi.

Adi membalasku dengan hangat pula. Kemudian aku bangkit lalu melepas semua pakaian yang menempel di tubuhku. Adi terus menatap tubuh ibunya dengan kagum dan nafsu.

“Buka celana kamu dong, sayang,” ujarku.

“Iya, Mam…” ujar Adi sambil bangkit lalu melepas celana Hawaiinya.

“Sini, di…” ujarku sambil berjongkok.

Tak lama mulut ku sudah mengulum kontol Adi. Jilatan dan hisapanku membuat Adi bergetar tubuhnya menahan nikmat yang amat sangat.

“Mmhh.. Enakk, Mamm…” desah Adi sambil agak menggerakkan pinggulnya maju mundur.

Marlina melepas kulumannya, sambil tersenyum menatap wajah Adi yang tengadah merasakan nikmat, tanganku terus mengocok kontol Adi.

“Gantian, di…” ujarku.

“Iya, Mam…” ujar Adi.

aku lalu naik ke ranjang anakku. Lalu segera dibukanya pahaku lebar-lebar.. Adi langsung mendekatkan wajahku ke memek ku. Lalu segera dijilati nya seluruh permukaan memek ku. aku terpejam menahan nikmat. Apalagi ketika jilatan lidah Adi bermain di kelentitku.. Mata ku terpejam, tubuhku bergetar sambil menggoyangkan pinggulku.

“Ohh.. Enakk.. Teruss, diii…” desah ku

Setelah sekian menit dijilati nya memekku, tiba-tiba tubuhku bergetar makin keras, ku tekan kepala Adi ke memekku, lalu segera ku jepit dengan paha ku.. Tak lama…

“Ohh.. Mhh.. Ohh…” desah ku panjang. aku orgasme.

“Ohh, enak sekali sayang.. Naik sini!” ujarku.

Adi naik ke tubuh ku. Dengan segera aku melumat bibir Adi walau masih belepotan dengan cairan dari memek ku sendiri. Jilat anus mama saying, Jilat lubang pantat mama, di” aku mengeden, dan lubang pantatku terbuka sedikit, segera dijilat-jilat nya lubang pantat ku yang berwarna merah tua itu. Tubuh ku bergetar sambil memperhatikan apa yang sedang dilakukan di atas wajah nya. Tak lama kemudian dari lubang vagina ku mengalir lagi cairan kenikmatan diiringi erangan ku. Sekarang dia berputar sehingga lubang pantat ku persis di hidung nya sementara vagina ku tenggelam dalam mulut nya, dibuatnya aku menjerit untuk kesekian kalinya.

Tiba-tiba aku terdiam, tubuh ku tegang, lalu kurasakan cairan panas menyembur dari memekku ke wajah dan mulut nya, aku pipis. aku pipis di mulut nya!
“Minum pipis mama sayang”, dijilat-jilat nya air kencing ku yang asin.

“Masukkin sayang…” bisik ku sambil menggenggam kontol Adi dan diarahkan ke memekku.

Setelah itu, Adi langsung memompa kontol nya di memek ku. Mata Adi terpejam sambil terus mengeluarmasukkan kontol nya.

“Bagaimana rasaku, di?” tanya ku sambil menggoyangkan pinggulku mengimbangi gerakan Adi.

“Nikmat sekali, Mam…” ujar Adi.

aku tersenyum sambil terus menatap mata anakku. Tak lama, tiba-tiba tubuh Adi mengejang, gerakanku makin cepat..

“Adi mau keluar, Mam,” bisik Adi.

“Mmhh.. Keluarkan sayang, puaskan dirimu…” bisik ku sambil memegang pantat Adi lalu menekankan ke memekku keras-keras.

Tak lama.. Crott! Crott! Crott! Air mani Adi muncrat banyak di dalam memek ku. Adi mendesakkan kontol nya dalam-dalam ke memek ku

“Bagaimana rasa nya sayang?” tanya ku “Sangat nikmat, Mam.. Lebih nikmat daripada oral…” ujar Adi sambil mengecup bibir ku.

“Adi sangat sayang Mama,” ujar Adi.

“Mama juga sangat sayang kamu,” ujarku.

Lalu mereka berpelukan telanjang.


7 komentar:

  1. MANTAFF, , , , BAGUS SOB BLOGNYA THANKS

    BalasHapus
  2. Mantap mam aku jd ikut ngaceng
    !

    BalasHapus
  3. Seandainya cerita ini benar2 terjadi,menurut saya brarti ibunya adi adalah manusia bernafsu binatang,otak setan berhati iblis. Biasanya seorang ibu mengajarkan kebaikan,mendidik anaknya ke jalan yg benar,kok malah di ajarkan yg gk benar,dgn memuaskan nafsu birahinya ke anak kandungnya sendiri,jelas2 perbuatan keji itu melanggar norma agama dan norma hukum.

    BalasHapus
  4. Jadi pengn jilatin belahan pantt cewek

    BalasHapus